Rasulullah Saw. bersabda, "Jika kamu mendekat kepada Allah dengan berjalan, Allah akan mendekat kepada kamu dengan berlari..."

Minggu, 28 Desember 2008

Anak Nakal yang Hanya Bisa Berangan-Angan

Besok, bertambahlah satu usia seorang perempuan kecil nakal yang sering terjatuh karena tersandung batu-batu besar yang sebenarnya tak besar. Oh... Hari... Hari demi hari telah dia lewati tanpa berbuat sesuatu yang fantastik, minimal membersihkan kamar sendiri. Tapi anehnya, tanpa adanya semangat juang yang berkobar-kobar, dia tetap saja berangan-angan kepada Tuhannya. "Oh... Diri... Pastilah engkau berada di surga-Nya yang mengalir sungai-sungai di bawahnya..." Hmm, apakah hanya sepotong kalimat itu saja yang dia katakan untuk menggapai jannahNya yang keindahannya bahkan tak mampu dilukiskan dengan khayalan iseng sebelum tidur itu? Apa bedanya dengan orang bodoh?

Hai perempuan nakal, kapan tiba saatnya kau tegaskan komitmen teguhmu itu secara resmi di jiwa dan ragamu plus tanda tangan dan Sang Maha Penyayang sebagai saksinya? Oke, jika saksinya sepantaran denganmu, kau boleh saja mengingkarinya karena biasanya sesama anak kecil cuma bisa membuat surat perjanjian bohong-bohongan. Tapi yang sedang digenggam hatimu itu bukanlah surat biasa wahai anak nakal... Allah-lah yang menjadi saksinya.

Besok umurmu 16 tahun. Apa kau masih mau uring-uringan di tempat tidurmu yang dingin dan kotor itu? Bahkan bisa jadi besok matamu tak terbuka lagi dan hanya tangisan ibumulah yang terdengar sepanjang hari. Kau mengerti maksudku? Kau menyia-nyiakan cahaya yang telah diberikan-Nya. Sehingga begitu sulit sekarang kau mendapatkannya lagi.

Apa kau mau berubah wahai muslimah yang penuh dengan kecerobohan?

Minggu, 13 Juli 2008

Satu Kata Benda Berhuruf Lima

Kini kembali lagi terulang kejadian yang agak membuat hatiku kedinginan. Kedinginan karena cinta yang semu dan tak kupahami...

Penulis kesayanganku, Amalia Zahra, pernah mengatakan sesuatu yang agak membuatku bingung dan berfikir sejenak. "Satu kata benda berhuruf lima", itu yang pernah dia sebutkan di salah satu tulisannya yang sempat membuatku terkagum-kagum. Ya... Itulah C-I-N-T-A. Cinta membuatku kalut. Aku seperti berpura-pura mengerti akan makna cinta, padahal aku masih kerdil untuk mengaku bahwa aku paham dengan hakikat benda abstrak yang sering dipuja-puja para pujangga itu. Mengapa? Mengapa semua ini harus terjadi kepadaku? Aku tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan masalah 'cinta'. Aku selalu terjatuh dan tak ada yang mau mengulurkan tangannya untuk membantuku bangkit dan berdiri setegap paskibra.

Dia, seorang hamba Allah yang kukenal tanpa bertatap muka. Lalu mengapa kemudian semudah menerbangkan kapas hatiku terjerat tanpa kuminta? Sucikah perasaan itu yang kemudian kutindaklanjuti dengan hubungan komunikasi diluar batas-batas syar'i alias terlalu berlebih-lebihan?

Rabu, 09 Juli 2008

Rasa Apa Ini...?

Sebuah senandung lusuh persembahanku untuk seseorang yang menjadi pengisi ruang hati..

Betapa rindu ini takkan pernah menepi
Putaran waktu sendu menatap hati yang kaku
Tiada kata terucap selain nama itu
Membuatku makin bingung

Oh apa ini, rasa apa ini oh Tuhan?
Mengikat dengan erat, terbuang jauh maluku
Tiada kata terucap selain nama itu
Membuatku makin pusing

Betapa dada ini
Sesak tiada henti
Apa ini Ya Tuhan
Bukakan mataku tuk mengerti...

Kesanggupanku luluh
Tak mampu kumenahan
Asa yang hinggap rasa meluap
Semua gelap, semua kelam, semua berkabut
...

Impian Pesona Biru

Sebuah puisi yang kini menjadi senandung sederhana di hati dan hidupku..

Biru mengharu biru angkasa
Laksana kerajaan putri
Biru membelai, membelai anganku
Tuk sentuh kapas sahabat langit

Awan membentuk gembira hati
Tahu akan tawa riangku
Datang datanglah oh cinta, cinta..
Sempurnakan impian indahku

Menari melangkah ceria bersama senyuman pelangi
Berputar bersama impian pesona biru yang kan kugapai
Oh Tuhan.. Oh Tuhan..
Bimbinglah hamba-Mu ini
Berjalan dalam anganku menggapai jalan-Mu
Kebahagiaan abadi..

Dia..

Dia..
Dia angin dalam gersangku..
Dia senyuman dalam sedihku..
Dia hadir dalam hidupku..
Cahaya kecil yang menghangatkan tidurku..

Dialah dia..
Kukenal dia di malam yang sendu
Bertengok semburat cahaya bulan yang tak tertatap
Lelapku membuatku haru kala dia mengajakku untuk bercinta dengan-Nya di sepertiga malam
Subhanallah...
Adakah pekerjaan malam yang lebih baik daripada itu?

Siapakah dia?
Aku tak mengerti mengapa dia harus hadir dan membuat hatiku terikat untuk mengikatnya
Menepikan gelisahku, mengalirkan canda dan embun-embun nasihat
Adakah aku mampu meletakkan cinta itu di dalam bingkai cinta Sang Pemilik Cinta?


Senin, 07 Juli 2008

Diamku...

Diam...
Aku senang diam...
Diam membuatku tenang...
Diam membuatku mampu melayangkan fikiranku ke tempat yang lebih baik...
Diam membuatku meraih jawab dari segala tanya...
Diam membuatku yakin bahwa aku... Sendiri...
Diam membuatku pasrah merenangi air mata muhasabah...
Diam membuatku kecil sekecil debu dalam barisan do'a berkalimat tak sempurna...
Diam membuatku tahu bahwa aku bukanlah mahluk yang berdaya tanpa AllahuRabbi...

Diam...
Diamku adalah marahku...
Diamku adalah syukurku...
Diamku adalah bahagiaku...
Diamku adalah diriku...

Diam...
Mampukah diamku menjadi sungai tempat mengalirnya dzikir kepada Sang Pemilik Nyawa...
Mampukah diamku menjadi saksi bahwa jiwa dan raga kerdil ini telah menabung amal perbaikan dan kebaikan...
Tidak... Tabungan itu masih hampa berteman debu...
Hanya tabungan kegelapan yang kini telah meluap dan meluber menyakitiku...
Diamku berkata: "Kau aniaya dirimu sendiri..."

Jumat, 04 Juli 2008

Bukan Menangis dalam Kekalahan, Melainkan Tersenyum dalam Kesuksesan yang Tertunda

Subhanallah bagi mereka yang berusaha jujur dalam keadaan bagaimanapun. Karena sesungguhnya sikap mereka yang seperti itulah yang lebih berharga di mata Allah, bukan yang lain.

Subhanallah bagi mereka yang menertawakan sebuah 'kegagalan' berlatarbelakang kejujuran, semoga dibukakan mata hatinya untuk mengerti bahwasanya peristiwa gagal yang biasa mereka sebut dengan istilah 'kegagalan', disebut dengan istilah lain bagi mereka yang mengerti akan hakikat 'kegagalan' yang sebenarnya yang tengah mereka alami.
Hmm.. Istilah hebat itu adalah 'kesuksesan yang tertunda'. Cihuy!

Sesungguhnya Allah membenci hamba-Nya yang berputus asa. Bagi mereka yang gagal maka janganlah merasa gagal. Tengoklah Thomas Alfa Edison yang tidak pernah berkata bahwa percobaannya gagal meskipun pada saat itu percobaannya memang selalu gagal. Bahkan dengan percaya dirinya dia berkata bahwa dia hanya "belum berhasil". Dia terus mencoba, mencoba, dan mencoba lagi hingga berhasil. Subhanallah.

Sesungguhnya dibalik kegagalan demi kegagalan tersebut Allah mendidik kita agar lebih matang dalam bersikap. Allah juga menguji apakah kita sanggup bertahan, tidak berputus asa, dan selalu bersemangat dalam berjuang. Dan satu lagi... Allah menguji apakah kita berusaha dengan "KEJUJURAN" dan terus beristiqomah untuk selalu jujur walau didera banyak cobaan... Ciyee...

Kata sebagian orang, "Hare gene jujur? Ketinggalan zaman kaleee...!!!" Miris banget dech denger orang yang berkata begitu. Secara, bumi sudah semakin tua, KIAMAT sudah semakin dekat bro, umur juga siapa yang tahu? Bukannya berlomba untuk berbuat kebaikan dengan bersikap jujur, kenapa malah menganggap bahwa kejujuran sudah ketinggalan zaman? Zaman edan euy!

Sekali lagi... Berbangga hatilah bagi mereka yang telah bertempur di medan perang dengan bersenjatakan kejujuran, keistiqomahan, ikhtiar yang tekun, dan untaian do'a di setiap sujud dan tadahan tangannya... Subhanallah. Bagi yang menyontek, tetap semangat belajar yaa... Semoga dosa-dosa kita diampuni Allah swt. Semangatlah dalam perbaikan diri...!!! Allahuakbar!!! ^o^
THE END